Ini adalah sebuah kisah perjalanan hidup saya yang mungkin tidak menarik menurut sebagian orang. Tetapi saya anggap kisah saya ini adalah kisah yang cukup menarik dan bisa saya jadikan pelajaran tentang bagaimana peran dan pentingnya sebuah ilmu dalam melaksanakan dan menghadapi berbagai fenomena dan liku-liku kehidupan.
Kisah ini bermula ketika saya dan seorang teman pulang dari Bandung menuju Jakarta setelah mengikuti kegiatan disana. Sebelum saya melanjutkan kisah tersesat di Jakarta ini, maka saya akan sedikit menceritakanbagaimana bisa sampai kejakarta dan Bandung serta bagaimana kesananya.
Kira-kira akhir februari 2007, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah kegiatan ilmiah di Bandung. Saat itu, saya menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Fisika. Bersama dengan seorang teman, kami tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini dan alhamdulillah, rupanya ada kemudahan dalam pengurusannya. Kami mendapatkan dana Transportasi keberangkatan dari fakultas dengan menggunakan pesawat. Mungkin karena kekuatan lobi, atau karena memang hak kami untuk mendapatkan dana itu, saya juga belum bisa pastikan. Biasanya, cerita dari senior-senior bahwa untuk mendapatkan dana seperti itu, sangat susah. Maka persiapan keberangkatan pun dimulai. Baik pembelian tiket, persiapan barang0barang yang dibawa serta hal-hal penting lain yang menjadi kebutuhan saat keberangkatan. Saya dengan teman ini, tidak ada yang memiliki pengalaman keluar kota seperti ini. Apalagi kedaerah Jawa. Mungkin dahulu, itu hanya sebatas mimpi. Ternyata, saat itu mimpi kami menjadi kenyataan. Alhamdulillah, kemudahan kami dapatkan dalam keberangkatan. Sampai dbandara Cingkareng, kami dijemput oleh saudara sepupu yang kuliah di Jakarta. Dan untuk penginapan selama dijakarta, kami menginap dirumah seorang Bibi yang juga menjadi tempat tinggal sepupu yang menjemput saya itu. Esok harinya, kami berangkat kebandung dengan menggunakan Bis. Mula-mula, kami menuju ke terminal Rambutan untuk mencari bis yang ke Bandung. Sekitar hampir setengah jam menunggu, akhirnya Bis pun berangkat menuju Bandung.
Perjalanan dari terminal Rambutan ke Bandung daat itu kurang lebih sekitar 3 jam. Di Bandung, Bis berhenti di Terminal Leuwi Panjang. Kota Bandung barusan di Injak. Saat itu sedang dilaksanakan Shalat Jum'at di mesjid terminal. Maka kami pun melaksanakan shalat jum'at bersama jama'ah yang lainnya. Tidak ada kenalan disana. Hanya sebelumnya kami dijanji akan dijemput oleh Panitia. Hampir 2 jam kami menunggu, Jemputanpun tiba. Kami segera menuju Kampus ITB untuk melakukan Registrasi. Oh ya terlupakan. Saat itu kami mengikuti LKIMFN yang merupakan rangkaian dari Nawaksara.
Beberapa hari di Bandung, saatnya pulang karena kegiatannya telah selesai. Saat itu, sebenarnya saya masih ingin menikmati kota Bandung. tetapi karena harus ada kepentingan lain yang harus diselesaikan, maka keinginan untuk bertahan itu dihilangkan. Hampir satu pekan, kami di Bandung. Pada hari kamis, kami berangkat menuju Jakarta. sekitar pukul 07 lewat, kami star dari Kampus ITB menuju Terminal dengan diantar oleh Panitia. Sampai di Terminal, kami mencari oleh-oleh yang akan dibawahkan untuk rekan-rekan. Sekitar pukul 09.00 atau lewat sedikit, mobil berjalan perlahan-lahan menuju Jakarta. Saat itu, tuuan akhir Bis adalah termianal Rambutan. Tanpa terasa, Kota Jakarta sudah masuk. Kemacetan lalu lintas sudah mulai nampak. Karena ada kemacetan-kemacetan seperti itu, maka perjalanan dari Bandung ke terminal Rambutan yang sebelumnya hanya sekitar 3 jam menjadi lebih kurang 4 jam.
Sampai diterminal Rambutan, saya mencari mobil yang menuju ke Lebak Bulus. Padahal, ada yang melewati alamat tempat nginap yaitu dengan menggunakan metro mini. Karena saat itu kontak dengan sepupu belum terbalas, maka kamipun bertanya kepada orang-orang di terminal rambutan tentang mobil mana yang menuju ke Lebak Bulus. Orang yang kemi tanya kemudian menunjukan kepada kami Bis yang harus kami tumpangi. sampai di terminal Lebak Bulus, saya tidak tahu dimana saya harus turun. Diterminal atau dimana. Saya nggak tahu. terus terang aja saya nggak tahu tentang daerah jakarta saat itu. Bahkan sampai saat inipun saya tidak tahu. Akhirnya, kami turun dipersimpangan. Saya nggak tahu dimana arah jalan-jalan tersebut. Yang cuman saya tahu ada salah satu jalan yang menuju ke Kampus UIN Jakarta. Kontak dengan saudara sepupu sudah terhubung. Dia kemudian menjelaskan kepada kami mobil yang harus kami tumpangi untuk menuju Kali deres. Kali deres itupun saya tidak tahu dibagian mana. Nomor mobil ditunjukan. Katanya sih saat itu bisa juga naik mikrolet. Tapi kami belum memutuskan harus naik mikrolet atau bis. Lapar menyerang. Kebetulan disamping jalan ada Warung makan. Maka kamipun makan terlebih dahulu sekalian melepaskan lelah. Saya berpikir, saat itu kami benar-benar tersesat. Tidak tahu arah dan tujuan Bis. Kekhawatiran saya saat itu, jangan sampai saya naik mobil di Jalur yang salah. sehingga kami akan benar-benar tersesat. Makanya saat itu, kami mencari informasi jalur-jalur yang harus dilewati.
Akhirnya, kami dapat kemudahan lagi. Alhamdulillah. Saudara sepupu datang menjemput dengan menggunakan motor. Sebelumnya dia tidak bisa keluar rumah karena hujan lebat terjadi diperumahan tempat tinggalnya. Ternyata alamat yang kami tuju adalah ITC Permata Hijau. Sesampainya didaerah itu, kamipun turun. Dan Alhamdulillah tidak tersesat lebih jauh. Tetapi, sebenarnya saya punya keyakinan bahwa saya akan bisa sampai ketujuan saya.
Dari kejadia itu, ada beberapa pelajaran yang terpikir dibenak saya untuk diperbaiki kedepannya jika ada dalam hal dan keadaan yang sama antara lain:
1. Harus memiliki alamat tempat tujuan yang jelas dengan nomor-nomornya.
2. Banyak bertanya kepada yang lebih tahu keadaan suatu daerah adalah hal yang mesti dilakukan juga agar ada contoh-contoh jalan atau cara yang harus dilakukan ketika melakukan perjalanan seperti itu.
3. Harus mengetahui Jalur-jalur kendaraan bermotor yang ditumpangi.
4. Orang yang tidak berilmu, dia akan kesusahan untuk mencapai tujuannya. Bisa jadi dia akan tersesat. Makanya berilmu sebelum berbuat dan beramal adalah hal yang harus dilakukan juga dalam menjalankan agama agar tidak menempuh jalan-jalan yang dapat menyesatkan.
Demikian sekelumit perjalana saya di Kota Metropolitan. Walaupun tidak banyak hal yang diketahui, paling tidak ada pelajaran yang dapat diambil.
1 komentar:
whuah..betul juga.
saya juga jarang2 pergi2 sejak 3 bulan ini..
masukan saran dan artikelnya sangat masuk untuk para sarjana2 yang sedang tour kesana kemari untuk mencari pekerjaan dan penghasilan...
analognya terhadap ilmu dien juga masuk sekali akhi..dengan bekal ilmu,maka dalam hal ibadah..tidak akan terjerumus ke dalam kesesatan ^0^ smangat terus akhi dlm menulis blog ^0 : maklum..saya biasanya cuman bisa komentar saja hihihi.
Posting Komentar