10.17.2008

Tersesat Di Bandung

Kisah tersesat juga saya dapatkan di Bandung. Saat itu, sedang ada Munaslub Ihamafi di PJKA. Nda tahu juga PJKA itu apa kepanjangngannya. Yang jelas itu tempat penginapan. Malam itu, saya mendapat kontak dari seorang peserta Munaslub agar hadir di acara tersebut. Sekalian perpisahan katanya. Waktu sudah menunjukan pukul setengah 9 kurang lebih. Sebenarnya, saat itu saya tidak punya keinginan untuk pergi. Tetapi karena ada ajakan sekaligus undangan itu, maka saya pun memanggil teman untuk pergi walaupun mata sudah mengantuk.
Sebenarnya, jarak antara Kampus ITB dengan PJKA sebenarnya tidak terlalu jauh. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi karena kami ingin cepat sampai, maka kami pun naik angkot. Ternyata, saat sampai pembelokan menuju kearah PJKA, saya tidak menyuruh sopir berhenti. Saya punya dugaan saat itu bahwa jalan yang menuju keatas di PJKA itu adalah jalur yang dilewati oleh angkot yang saya tumpangi. Ternyata bukan. Hingga terus keatas, tidak tahu didaerah mana. Daripada jauh lagi, mending turun aja. Mumpung belum jauh. Maka kami turun dipersimpangan. saya kira persimpangan itu merupakan jalur kebawahnya PJKA. Ternyata bukan. Semakin jauh kaki melangkah kejalan itu, maka nampaknya semakin jauh saja kami dengan PJKA. Rupanya, jalan yang kami tempuh itu melewati Universitas Khatolik Phayarangan. Pokoknya, saya sama sekali tidak tahu apakah jalan itu dekat dengan PJKA atau ITB. Yang jelas, kami terus-terusan jalan menuju keatas. Ternyata jalan yang kami lalui merupakan jalan pendakian. Karena tidak menemukan PJKA di Jalur itu, maka kami kembali kebelakang. Lewat di jalan yang sama. Sudah cukup jauh kami melangkah rupanya. Akhirnya kami bertanya kepada sopir Becak kalau nda salah letak PJKA atau Kampus ITB dibagian mana. PJKA dia tidak tahu. Tetapi ITB dia katakan cukup jauh dibelakang sana. kata sopir becaj Sambil menunjukan jarinya. Kami memutuskan untuk pulang. Pulangnya, kami naik taksi. Sebelum kami naik, kami bertanya dimana letak PJKA. Dia juga nampaknya tidak tahu. Wallahu'alam apakah emang dia tidak tahu atau disengajakan tidak tahu. Kamipun naik taksi. Melewati jalur yang dilewati ketika naik angkot. Sesampai di persimpangan yang dekat dengan PJKA itu, saya tidak menyuruh sopir taxi untuk minggir. Karena saya mengira saat itu dia sudah mengetahui jalur yang cepat. Begitulah orang yang tidak tahu. Banyak meduga aja. sesampai di depan Kampus ITB, taxi mau berputar lagi keatas. Karena kami pikir si Sopir ini udah menempuh jalur yang salah dan dengan sengaja memperlambat laju mobilnya, maka kami langsung berhenti didepan Kampus. Setelah melihat tarif, ternyata cukup gede juga. Sekitar 11.700 rupiah kalau nda salah saat itu. Teman saya mengeluarkan uangnya dan memberikan uangnya sebanyak 10.000. Pak Sopir berkata kurang, tapi teman tidak menerima karena sudah diputar-putarkan sehingga argo taxi juga bertambah lama. Saya hanya mengucapkan terima kasih kepadanya.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

lam kenal balik